
Sejak dilantik oleh DPP Aseti pada Maret 2021 secara virtual, DPD Aseti Sumut fokus pada kelengkapan legalitas formal administrasi baik secara internal maupun eksternal yang menjadi persyaratan utama ( paling tidak di Provinsi Sumatera Utara ), suatu hal yang menjadi kendala secara organisasi jika mengajukan surat audensi ke Gubernur tapi belum terdaftar di Kesbangpol Sumut misalnya, begitupun hal administrasi lain yang secara internal harus terpenuhi sebagai syarat sebuah organisasi profesi, hal ini dilakukan oleh Aseti Sumut agar kedepan dalam menyusun program dan mengeksekusinya hal-hal mendasar ini tidak menjadi hambatan lagi terutama ketika dibentuknya DPC-DPC di 33 Kabupaten/Kota di Sumut sebagai amanat DPP pada Munas I tentang penguatan lokalitas dan kearifan local.
Bagi Aseti Sumut provinsi Sumut punya kekhususan tersendiri karena terdiri 8 etnis utama, kulturnya berbeda… sebagai contoh tarian, busana, dan bahasa Batak Toba, Karo, Dairi, Simalungun yang mengitari kawasan Danau Toba sangat berbeda satu sama lain, bagaimana pula dengan etnis tempatan lainnya yang secara geografi berjauhan, ada Nias, Melayu, Mandailing, dan Tapanuli Selatan.
Alhamdulillah kelengkapan legalitas administrasi meski belum 100 % telah terpenuhi, DPC adalah ujung tombak dalam mensosialisasikan Aseti di Sumut maka mulai Januari ini Aseti Sumut menginformasikan pada anggota Aseti Sumut melalui WAG dan para jurnalis yang mempunyai jaringan di 33 Kabupaten/Kota, selanjutnya road show kebeberapa Kabupaten/Kota menemui seniman, pekerja seni, budayawan dan tokoh masyarakat dalam rangka pendirian DPC Aseti. Bersyukur pada Tuhan Yang Maha Kuasa sambutan yang kami terima sungguh membahagiakan, permasalahan yang kawan-kawan di daerah hadapi selama ini begitu kompleks yang intinya adalah soal edukasi, advokasi dan hubungan yang tak setara karena hubungan kerjasama dengan lembaga lain khususnya pemerintah lebih bersifat individu/ketokohan, atau sanggar seni yang rentan terhadap keberlanjutan dan tidak setara, yang hal ini tentu menjadi batu sandungan dalam menyampaikan betapa seni budaya adalah hal utama dalam membangun bangsa, nilai-nilai tradisi yang ada dalam ritual dan kebersamaan, gotong royong yang terdapat pada tarian di daerah jadi terabaikan yang jika tidak dijaga bersama akan hilang, tokoh-tokoh seniman seperti sendiri dan menyendiri merawat rasa cintanya pada seni tari sementara yang muda kehilangan gairah untuk sekedar berkenalan karena K-Pop dan games berbasiskan teknologi sudah mengambil fokusnya.
Tanggal 17 Januari Aseti Sumut ke Kota Tebing Tinggi yang berjarak 1 jam perjalanan via Tol Medan Tebing Tinggi, di Kota yang terkenal dengan kuliner Lemang ini Aseti Sumut difasilitasi oleh Kabid Kebudayaan Kota Tebing Tinggi Ibu Kartini Syuib yang juga adalah Seniman Tari dan tokoh budaya alumni ASKI ( sekarang ISI ) Padang Panjang, iklim berkesenian di Kota Tebing Tinggi ini lumanyan baik, hubungan antar seniman dan sanggar tari juga seperti keluarga dan saling menghormati, ini terlihat dari tiap sanggar punya gayanya sendiri dalam berekpresi lewat tari, dan busana yang tetap berpijak pada etnis Melayu dan Simalungun yang menjadi landasan Kota ini, dan karena hubungan dan semangat yang baik ini, 1 minggu kemudian mereka membentuk kepengurusan DPC Aseti Tebing Tinggi lengkap dengan Dewan Pembina para penentu kebijakan di Kota Tebing Tinggi yang telah disampaikan ke DPD Aseti Sumut dan dalam tahap verifikasi tim Aseti Sumut untuk kemudian disampaikan ke DPP.

29 Januari Aseti Sumut ke Kota Siantar yang berjarak 2 jam perjalanan via Tol Medan Tebing Tinggi, sebelumnya pertemuan direncanakan tanggl 23 Januari tapi batal karena kawan-kawan Seniman, pekerja seni ada pertunjukan yang sudah terjadwal, hal ini membuat jadwal Aseti Sumut ke Kabupaten/Kota lainnya harus di reschedule, tapi menariknya sahabat aseti didaerah lain memajukan jadwal mereka untuk bersama dengan Aseti Siantar bertemu dengan Aseti Sumut, maka sosialisasi dan program pembentukan DPC Aseti di 33 Kabupaten/Kota di Siantar dihadiri juga sahabat Aseti dari Kabupaten Asahan, Kota Kisaran, Kabupaten Simalungun, dan Kabupaten Samosir. Pertemuan di Kota Siantar yang di fasilitasi Laura Sinaga, seorang penari/koreograper yang banyak menginpirasi kalangan anak muda untuk bangkit meski dalam keterbatasan gerak menambah semangat kami semua, pertemuan di Kota Siantar punya catatan tersendiri bagi Aseti Sumut, persoalan yang disampaikan menjadi sangat berwarna, kritis tapi tetap dalam keakraban, dan waktu menjadi sangat terbatas. Perjalanan dalam proses sosialisasi dan pembentukan DPC Aseti di 30 Kabupaten Kota akan dituntaskan, keberpihakan pada seniman tari harus di wujudkan lewat Iklim nerkesenian yang baik dan sehat, dan DPC adalah ujung tombaknya karena bukan hanya setiap anggota Aseti terdaftar di DPC tapi merekalah yang lebih mengetahui potensi hilang atau tetap hadirnya seni tari tradisi di daerah mereka.
Sampai saat ini Aseti Sumut masih berkomunikasi dalam proses pembentukan 18 DPC Aseti di Sumut yaitu: Aseti Langkat, Aseti Samosir, Aseti Tebing Tinggi, Aseti Simalungun, Aseti Siantar, Aseti Kisaran, Aseti Asahan, Aseti Tanjung Balai, Aseti Serdang Bedagai, Aseti Nias, Aseti Nias Selatan, Aseti Nias Utara, Aseti Nias Barat, Aseti Tapanuli Selatan, Aseti Padang Sidempuan, Aseti Batubara, Aseti Labusel, Aseti Labura.
Semoga Aseti menjadi rumah besar tari Indonesia. Iklim berkesenian yang baik dan sehat.
setara