CONTRACTION: Pengalaman Empiris Kontraksi Persalinan sebagai Sumber Karya Tari

Contraction merupakan judul karya tari yang bersumber dari pengalaman empiris kontraksi persalinan. Judul Contraction diambil berdasarkan tema dari karya tari ini, yaitu kontraksi. Kontraksi merupakan peregangan dalam dinding rahim, sebuah tahapan yang dilalui dalam masa kehamilan seorang wanita. Kontraksi biasanya disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya; pergerakan bayi dalam kandungan, kondisi fisik Ibu hamil yang melelahkan, kondisi psikis Ibu hamil yang tertekan, dan yang utama pada saat mendekati waktu persalinan (Eva S, wawancara). Kontraksi terbagi menjadi dua, yaitu kontraksi kecil yang dikenal dengan Braxton-Hicks dan kontraksi besar yang dikenal dengan kontraksi persalinan. Kontraksi Braxton-Hicks terjadi secara acak dan tidak menentu, sedangkan kontraksi menjelang persalinan lebih teratur dan berpola (Handayani, 1998: 123). Pada saat kontraksi persalinan berlangsung, pergerakan tubuh berada dalam kondisi menegang dan mengendur pada bagian tubuh tertentu. Pada saat terjadinya kontraksi persalinan, ada beberapa bagian tubuh yang mengalami ketegangan, di antaranya; bagian perut, kaki, dan pinggang. Tidak hanya melawan rasa sakit dari kontraksi yang terjadi, kondisi ini juga terkait dengan pengaturan pola nafas dari pelan hingga cepat. Pengaturan pola nafas sangat dibutuhkan pada saat kontraksi berlangsung agar tidak mudah kehilangan tenaga.

Maharani Arnisanuari atau dikenal dengan Ica selaku koreografer karya tari Contraction sudah melalui proses mengalami, merasakan, sampai pada akhirnya menuangkan pengalaman empirisnya terkait kontraksi ke dalam sebuah karya tari. Proses pengolahan tari dengan tema kontraksi sebelumnya dilakukan pada April 2018 dengan sebuah koreografi tunggal dengan judul werdende Mutter, diambil dari Bahasa Jerman yang artinya calon Ibu. Ketika memasuki tahun 2020, Ica memulai langkah baru untuk membuat karya tari dalam bentuk koreografi kelompok dengan tetap menggunakan tema kontraksi sampai pada akhirnya karya tersebut dapat direalisasikan pada tahun 2021 dengan format film tari untuk pementasannya di masa pandemi Covid-19.

Ica meyakini bahwa sebuah karya tari dapat menjadi obat dan doa minimal bagi koreografer yang sudah dengan kesadaran untuk kembali menggali masa lalu yang paling memiliki arti dan pengalaman yang sangat membekas untuk kembali dituangkan ke dalam sebuah karya tari. Dalam hal ini, kontraksi persalinan yang pernah dialami menjadi pilihan untuk disampaikan melalui cerita yang dirangkai dalam sebuah pertunjukan tari. Pengalaman ketubuhan yang dimiliki Ica merupakan bekal untuk menemukan dan menciptakan gerak-gerak baru, sebagaimana dikatakan (Bahari, 2008: 56) tari merupakan desakan perasaan manusia yang mendorongnya untuk mencari ungkapan berupa gerak-gerak yang ritmis.

Ketika berbicara tentang sebuah pengalaman empiris setiap manusia memiliki pengalamannya masing-masing dalam hal apapun yang paling membekas dalam ingatan dan hatinya. Seperti yang sudah dikatakan bahwa dalam proses penciptaan Contraction ini adalah karya tari sebagai obat dan doa, dari pengalaman kesakitan yang dialami sehingga memunculkan trauma pada beberapa bagian tubuh diharapkan dapat membaik dan tidak merusak mental ataupun kepercayaan diri sebagai seorang wanita dalam hal mengandung dan melahirkan. Pun ketika dimaknai sebagai doa, Contraction diharapkan dapat menjadi doa dari setiap wanita dalam memohon kekuatan dari Tuhan untuk menjadi kuat dalam menjalani kodrat yang sudah digariskan sebagai wanita.

Kontraksi merupakan sebuah peristiwa yang bisa dikatakan tidak dapat dirasakan secara langsung oleh setiap orang, namun ini adalah tantangan tersendiri bagi Ica selaku koreografer untuk dapat menyampaikan dengan baik pesan kesakitannya melalui gerak tari. Kontraksi bisa dimaknai sebagai salah satu teknik yang dicetuskan oleh Martha Graham yaitu contract and release atau sebagaimana Doris Humphrey juga mencetuskan teknik fall and recovery yang di dalamnya masih terkandung unsur contract and release. Tetapi sebagai seniman muda yang tumbuh di Indonesia khususnya di wilayah Jawa, koreografer dapat menemukan pemaknaan tentang kontraksi dengan teknik kendho-kenceng yang biasa diterapkan pada tari-tari klasik Jawa. Uniknya, sebagai wanita yang tumbuh dan dibesarkan dengan mendalami kesenian Betawi membuat Ica memilih dua ragam gerak dari tari Betawi yaitu geblak dua dan pringduk sebagai pijakan pengembangan gerak tari Contraction yang dikembangkan dengan pendekatan teknik kendho-kenceng. Pengemasan iringan karya tari ini juga memiliki keunikan karena menggunakan iringan bernuansa Jawa lengkap dengan tembang Jawa yang dilantunkan di beberapa adegan. Koreografer memiliki alasan tersendiri dalam pemilihan iringan musik tari ini, yaitu latar belakang keluarga yang kental akan kebudayaan Jawa dan juga menurut pandangannya sebagai seniman muda yang sedang memulai karir penciptaannya, musik dengan nuansa Jawa akan lebih dapat membawa suasana terutama diciptakannya karya tari ini di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Karya tari Contraction tidak hanya ditampilkan dengan bantuan penari putri yang sudah sangat jelas mewakili sosok Ibu hamil yang mengalami kesakitan pada masa kontraksi persalinan, namun koreografer juga menghadirkan penari putra yang diibaratkan sebagai sosok penopang dalam karya tari ini. Penopang yang diperankan oleh penari putra dapat disimpulkan baik sebagai suami, orang tua, atau bahkan saudara yang mendampingi dan menopang kekuatan dari wanita yang mengalami kontraksi jika dipandang sebagai sesuatu yang real. Namun kehadiran penari putra disini yang disebut sebagai penopang juga diartikan sebagai sisi lain dari wanita itu sendiri, di mana wanita tetap memiliki sisi kekuatan atau sifat maskulin dalam dirinya. Seorang wanita yang akan menjadi Ibu sudah dengan alami menjadi sosok yang lebih kuat dari sebelumnya, mengandung, merasakan kontraksi, memasuki tahap melahirkan, sampai pada akhirnya kelak mengasuh dan mendidik anak-anaknya akan membangkitkan kekuatan dalam dirinya dengan sendirinya.

Tetapi tidak hanya itu saja, pada bagian akhir karya ini dihadirkan sebuah kain berbahan elastis yang di dalamnya ada satu penari putra yang memerankan janin dalam rahim dan kain tersebut menggambarkan kantung rahim dalam pertunjukan ini. Dihadirkannya sosok janin ini adalah dengan alasan yang masih berkaitan dengan tema karya tari ini. Kontraksi yang hadir pada seorang Ibu hamil jelas dikarenakan janin yang hidup dan tumbuh dalam rahimnya bergerak dengan aktif juga pada saat mencari jalan keluar ketika sudah mendekati waktu persalinan. Tendangan atau yang biasa disebut oleh pada Ibu hamil di masa kini dengan sebutan “gelombang cinta” itu menjadi salah satu pemicu rasa kasih sayang Ibu terhadap anaknya pun ketika gelombang itu mulai memberikan rasa sakit yang luar biasa, sang Ibu akan tetap melawannya demi dapat melahirkan buah cintanya dengan selamat.

Baca Juga

Secara keseluruhan, Contraction tetap berbicara pada tema besarnya yaitu kontraksi – yang lahir dari pengalaman empiris tentang kontraksi persalinan, tentang sakit yang dirasakan, untuk dituangkan menjadi sebuah rangkaian tari utuh dengan alur cerita yang dibagi dalam adegannya dengan durasi karya 11 menit. Koreografer mengharapkan karya tari ini dapat menjadi obat sekaligus doa khususnya bagi para wanita dalam menjalani kodratnya sebagai calon Ibu dan juga sebagai Ibu dari buah cintanya. Obat tentang rasa sakit luar biasa yang tidak bisa seutuhnya dijelaskan dengan kata-kata dan juga doa akan kekuatan untuk menjadi sosok yang mampu menjalani tugas dan tanggung jawabnya terhadap apa yang sudah Tuhan gariskan.

Susunan Redaksi

DEWAN REDAKSI
Dr. Sal Murgiyanto
Yusuf Susilo Hartono
Jefriandi Usman
Atien Kisam
Achmad Basalamah

PIMPINAN REDAKSI
Agustina Rochyanti

REDAKTUR
Heru Joni Putra

PENINJAU
Dr.Nurwahidah, S.Pd, M.Hum
Dr.Madia Patra Ismar, S.Sn, M.Hum
Fawarti Gendra Nata Utami S.Sn., M.Sn.

KREATIF
Muh Ichsan

KONTRIBUTOR
Esha Tegar Putra
Dr. Drs, Peni Puspito, M.Hum
Yogi Hadiansyah, S.Pd, M.Pd
Lalu Dedi Purnawan, S.Pd
Edgar Freire
Manchu A. Syamrada
Suryana, S.Sn
Andi Tenri Lebbi, S.E
Peteriana Kobat
Nona Palalangan, S.Pd, M.Sn
Maharani Arnisanuari, S.Sn
Rini Widiastuti, S.Sn, M.Hum

Susunan Redaksi

DEWAN REDAKSI
Dr. Sal Murgiyanto
Yusuf Susilo Hartono
Jefriandi Usman
Atien Kisam
Achmad Basalamah

PIMPINAN REDAKSI
Agustina Rochyanti

REDAKTUR
Heru Joni Putra

PENINJAU
Dr.Nurwahidah, S.Pd, M.Hum
Dr.Madia Patra Ismar, S.Sn, M.Hum
Fawarti Gendra Nata Utami S.Sn., M.Sn.

KREATIF
Muh Ichsan

KONTRIBUTOR
Esha Tegar Putra
Dr. Drs, Peni Puspito, M.Hum
Yogi Hadiansyah, S.Pd, M.Pd
Lalu Dedi Purnawan, S.Pd
Edgar Freire
Manchu A. Syamrada
Suryana, S.Sn
Andi Tenri Lebbi, S.E
Peteriana Kobat
Nona Palalangan, S.Pd, M.Sn
Maharani Arnisanuari, S.Sn
Rini Widiastuti, S.Sn, M.Hum

ASETI