Baca Juga
Penulis mulai mengenali beliau melalui keterlibatannya di pertandingan-pertandingan tari kreasi baru yang di anjurkan oleh kerajaan negeri Sabah maupun swasta di sekitar Kota Kinabalu dan Labuan. Beliau memperlihatkan keunikannya dalam menafsir koreografi. Cukup menarik gerak tubuh penari yang menjadi transport idenya, musik yang dipilih bukan sekedar susunan beton, namun sebuah olahan yang berpijak pada nafas-nafas tradisi Sabah yang di sentuhnya dengan kreativitasnya yang tinggi. Terbaru saudara Achai menuangkan kreativitasnya di Youtube dengan menghasilkan sebuah dramatari berjudul Panggau Libau. Sebuah cerita yang berangkat dari budaya suku kaum Tidong yang terdapat di Kawasan daerah Tawau Sabah. Konon etnik Tidong ini serumpun dengan etnik Murut yang terdapat di Indonesia dan di Pedalaman Sabah. Etnik Tidong ini beragama Islam sedangkan etnik Murut banyaknya beragama Kristiani. Etnik Murut adalah sebahagian dari leluhur Dayak yang menjadi etnik terbesar di kepulauan Kalimantan. Pulau besar yang dihuni oleh tiga negara yaitu : Indonesia , Malaysia dan juga Negara Brunai Darusallam.
Legenda Panggau Libau mengisahkan : Di sebuah kampung kecil, terdapat suku etnik yang harmoni antara suku Dayak dan suku Tidung. Dipanjangkan cerita, suatu hari, seorang pemuda tersesat didalam hutan dan memasuki kawasan alam bunian yang tidak di kenalinya. Setiba di alam bunian, pemuda tersebut terpesona dengan keindahan alam ghaib dan digoda oleh puteri bunian yang menjadi penghuninya. Menurut kepercayaan orang dahulu “dunia bunian adalah tempat yang sama di mana manusia berdiri, hanya dimensi yang memisahkan mereka”. Pemuda tersebut hampir terbuai dengan kehidupan indah di alam bunian, namun pada waktu yang sama pemuda tersebut menyadari kalau dia bukan berada di alam yang nyata. Singkat cerita, pemuda itu tersebut berusaha keluar dan berjaya lepas dari alam bunian serta selamat pulang ke kampung halamannya .
Cerita yang sekian panjang...