Sendratari Prang Senie

Sendratari Prang Senie merupakan sendratari yang diangkat berlatarbelakang perjuangan melawan Belanda pada kurun waktu 1902 – 1922. Tokoh utama perlawanan ini Aman Nyerang yang memimpin 7 orang selama dua puluh tahun di belantara Aceh.

Bagian III

Akhir Oktober 1922, di seputar Buntul Kubu Takengon terdengar sorak-sorai Marechaussee (Mersose). Kegembiraan itu terdengar lamat-lamat di kompleks perumahan perwira di sebelah Timur Buntul Kubu. Letnan Jordan baru selesai mandi saat beberapa Marsose datang menjemput.

Senyum kemenangan terlihat di wajahnya ketika bercermin mengenakan pakaian komandan Marsose. Sebelum keluar dari kamarnya, Jordans sempat melirik pedang Aman Njerang yang tergelatak di atas tempat tidurnya. Pedang yang sore tadi baru saja dibersihkan dari jari-jemari Aman Nyerang yang melekat kuat pada gagangnya. Di sana sini masih terlihat kulit Aman Nyerang yang masih menempel pada gagang pedang, padahal sudah hampir seminggu pergelangan tangan Aman Nyerang mengenggam erat pedang itu.

Meski merasa menang, jauh di dalam lubuk hatinya Jordans merasa kagum kepada Aman Nyerang yang begitu dicintai masyarakatnya, yang begitu dihormati dan dimuliakan. Ada masyarakat menganggap Aman Nyerang orang keramat.   

Sekitar 20 tahun persoalan Aman Njerang tidak dapat diselesaikan, padahal sudah puluhan Kapten dan Letnan terbaik marsose ditugaskan untuk menangkap Aman Nyerang tanpa hasil yang memuaskan.

Hampir setiap jengkal tanah Samar Kilang, Jamat dan Lokop sudah dijejaki oleh Marsose, mereka sudah mengenal hampir semua aliran air, bebatuan dan belantara di sana.

Namun Aman Nyerang belum berhasil ditangkap hidup atau mati. 

Jordans bersama sekitar 100 orang (2 brigade) marsose. Bergerak ke Jamat untuk memulai pengejaran Aman Nyerang. Di Bivak Jamat Jordan meneror beberapa masyarakat yang diduga mengetahui dimana keberadaan Aman Nyerang, termasuk putranya. Tidak seorang pun yang mengetahui dengan persis keberadaan Aman Nyerang. Sebagian dari mereka menduga Aman Nyerang telah wafat, sudah lebih 5 tahun Aman Nyerang tidak pernah mengambil perbekalan berupa garam dan beras atau pakaian.

Beberapa orang menduga Aman Nyerang berada di sekitar Lokop. Jordans menyakini informasi ini. Ada laporan dari Bivak Lokop yang beberapa tahun terkahir mendapat serangan. Ciri – ciri serangan mirip dengan pola serangan Aman Nyerang dan kawan-kawan.

Jordan bersama 2 brigade Marsose bergerak menuju Lokop. Selama tiga hari di Lokop, Jordan hampir berputus asa. Tidak seorang pun yang mau memberikan informasi. Beberapa orang telah tewas disiksa, namun masyarakat tetap bungkam.

Sambil menelusuri wih Serbejadi, Jordans melihat seorang nelayan yang sedang menangkap ikan. Jordans memerintahkan untuk menangkap nelayan itu. Loh si Nelayan di Sungai Serbejadi tidak sangup lagi menahan siksa, dia pun menjadi penunjuk jalan menuju ke markas Aman Nyerang.

Selama 3 hari Jordans menelusuri ke hulu sungai Serbejadi. Dan menemukan markas Aman Nyerang. Dalam pertempuran yang sengit 1 lawan 100 Aman Nyerang gugur dengan mengenggam erat pedangnya. Tak Seorang pun yang dapat melepaskan genggaman Aman Nyerang meski Aman Nyerang telah wafat. Tidak ada pilihan Marsose memotong pergelangan tangan Aman Nyerang yang masih mengenggam erat pedangnya. Bersama pergelangan tangan Aman Nyerang, tombak, rencong, dua bundel surat-surat bertulisan jawi berbahasa Melayu dan Gayo dibawa oleh Jordans untuk diperlihatkan kepada putra Aman Nyerang. Setelah putra Aman Nyerang mengakui barang-barang tersebut milik ayahnya. Jordans yakin telah mengalahkan Aman Nyerang. 

Ana Kobat

Aseti Magz Edisi Des 21

LIKURAI

kenapa likurai dikatakan unik? Sebab orang yang menarikan tari likurai selain sebagai penari sekaligus menjadi pengiring bagi dirinya sendiri tanpa

Baca »
Aseti Magz Edisi Des 21

REFOCUSING PAKARENA

Tari Pakarena adalah karya seni tradisi masyarakat Makassar yang menjadi ruang hidup diatara mitos dan realita. Pakarena menjadi gambaran kekuatan

Baca »
No more to show