Menelusuri biografi Tom Ibnur serasa melakukan pembacaan kembali terhadap hidup seorang maestro tari di mana gerak, langkah, gairah, darah-daging dan tulangnya terbentuk oleh zapin. Sebagaimana catatan Ags Arya Dipayana (Media Indonesia, 17 Nomember 2002), jika ada yang paling memahami seluk-beluk dan pelik melik perihal tari zapin, barangkali orang itu adalah Tom Ibnur. Dalam sebuah catatan lain bahkan menyebut Tom Ibnur sebagai “Raja Zapin Nusantara”. Bahkan ia dianggap sebagai “penjaga terakhir keberlangsungan hidup tari zapin”. Bagaimana tidak, ia sudah mengenal zapin sejak usia tiga tahun dan hampir keseluruhan hidupnya terpaut pada zapin.
Tom Ibnur koreografer kelahiran Padang, Sumatera Barat, 15 Mei 1957, dengan nama lahir Arison Ibnur Ibrahim tersebut memang dikenal sebagai seorang koreografer dan pengkaji tari zapin. Karya-karya tarinya kerap berbasis pada seni tari Melayu Pesisir terutama zapin dan tari Minangkabau. Sepanjang karirnya dalam dunia tari, ia telah menghasilkan lebih dari 300 koreografi yang telah dipentaskan, baik di dalam negeri maupun di mancanegara, antara lain di Singapura, Malaysia, Amerika Serikat, Australia, Prancis, Spanyol, Italia, Korea, Jepang dan lainnya.
Dalam catatan tahun 2001 mengenai proses pencariannya terhadap zapin tradisi hingga ke pertunjukan Zapineozapin, Tom Ibnur pernah berkisah, tentang bagaimana perkenalannya dengan tarian yang dibawa ke nusantara pada abad ke-13 oleh pedagang Arab dan Gujarat tersebut. Bermula pada tahun 1960-1970 ketika ia menonton zapin di sebuah perhelatan di rumah keluarga Melayu di Kota Padang. Periode itu, menurut Tom Ibnur, zapin memang kerap dihadirkan ketika ada pesta pernikahan, terlebih apabila pernikahan tersebut dihelat oleh keluarga Melayu. Selain zapin, periode itu ditampilkan pula dalam perhelatan-perhelatan tari Serampang Dua Belas, Minang Pulau Kampai, Kuala Deli, dll. oleh kelompok-kelompok kesenian. Namun pada periode itu variasi dan gaya tari zapin belum begitu banyak tapi berbendaharannya cukup untuk dihadirkan dalam berbagai pertunjukan.
Perkenalan Tom Ibnur dengan dasar-dasar zapin berlanjut pada upaya membendaharakan keragaman dan mengembangkannya, pada periode 1970-1980. Ia mulai menyisir, mecari tahu, dan memperbandingan zapin di daerah-daerah sekitar Sumatera Barat: Riau, Jambi, dan Medan. Dari upaya ini kemudian Tom Ibnur mempunyai keinginan kuat untuk mengembangkan zapin termasuk mengonsepnya ke dalam tarian kontemporer. Tom Ibnur mengatakan pada periode awal 1970-an ini ia terkendala dalam proses pengembangan karena keterbatasan pengetahuannya dalam menata tari sehingga hasil koreografinya secara bentuk masih terikat dalam tatanan tradisi. Namun pada periode ini ia merasakan sudah ada sedikit pembaruan karena koreografinya tidak lagi terikat dengan ragam, langkah, atau kerap disebut sebagai pasal-pasal zapin. Ikatan aturan masih dibawanya pada periode ini, beberapa juga ia tinggalkan.
Tom Ibnur merasa bahwa proses koreografinya mulai terarah pada tahun 1979, ketika ia mulai kuliah di Lepmbaha Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ), dan ia merasa pada awal tahun 1980 keinginannya untuk menata zapin ke dalam dunia baru muai tampak. Ia mulai menghadirkan tatanan baru zapin ke dalam nomor-nomor baru, seperti: Zapin Bunga Rampai, Zapin Anak Ayam, Zapin Besilang, dll.
Tak berpuas diri terhadap pencariannya, Tom Ibnur terus melakukan pencarian terhadap Zapin ke berbagai daerah di nusantara. Ia mulai menelusuri dan meneliti akar dari zapin ke Sumatera Utara, Riau, Bengkulu, Lampung, Jakarta, Pekalongan, Semarang, Tuban, Gresik, Bondowoso, Situbondo, Jember, Kraksan, Sumenep, Pamekasan, Pontianak, Mempawah, Singkawang, dan Sambas. Ia mengatakan bahwa peristiwa-peristiwa Budaya seperti Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) untuk tingkat daerah dan nasional telah memberi peluang bagi dirinya untuk mencari akar zapin di nusantara. Zapin akhirnya mewarnai pergelaran kesenian untuk setiap pembukaan dan penutupan MTQ Nasional di daerah-daerah yang mempunyai akar Zapin yang kuat. Kekuatan tersebut tampak pada karya-karya tari massal di mana Tom Ibnur menjadi koreografer atau konsultan artisiknya. Zapin dalam gelaran MTQ Nasional hadir pada koreografi Zikir (1983), MTQ Nasional ke 13, di Padang, Sumatera Barat; Jepin (1985), MTQ Nasional ke 14, di Pontianak, Kalimantan Barat; Bedana (1987), MTQ Nasional ke 15, di Bandar Lampung, Lampung.