JAGAD SENI MAESTRO TARI PEREMPUAN SULAWESI SELATAN: Hj. MUNASIAH DG. JINNE

RM. Soedarsono, salah seorang Guru Besar dalam bidang Seni Sastra dan Seni Pertujukan di Universitas Gajah Mada (UGM) mengemukakan, bahwa berdasarkan kuantum hanya ada beberapa srikandi yang bersedia dan mampu menekuni tari sebagai dunianya. Bila diawali dari Seti Arti Kailola, mau tak mau harus diakui disusul oleh Hj. Andi Siti Nurhani Sapada (Makassar)

Hj.Munasiah Dg. Jinne yang akrab di panggil bunda Munasiah atau Puang Bunda oleh kalangan seniman dan murid-muridnya, merupakan seorang puteri kelahiran Jeneponto pada tanggal 27 November 1940. Lahir dari Ibu yang merupakan titisan rumpun I Ujung Daeng Tarang yang bergelar Cambang Rumbia atau Karaeng I Lang.1Bapaknya dari rumpun desa Batulaya dan desa Napo Tinambung-Balannipa-Mandar Sulawesi Barat.

Bakat dan ketertarikan bunda Munasiah dalam dunia seni tari, tampak sejak usia 8 tahun. Ia rajin ikut latihan menari baik di sekolah maupun dalam organisasi extra sekolah. Puang bunda tidak hanya tertarik dalam bidang seni gerak, Ia-pun menggeluti dunia tarik suara, dunia sastera dengan menulis novel maupun puisi serta membacakannya.

Pendidikan formal dimulai dari Sekolah Rakyat di Jeneponto, kemudian dilanjutkan di SGB, lalu ke SPG (Sekolah Pendiikan Guru) sekalipun tidak sampai tamat. Akan tetapi Puang bunda tidak berhenti disitu saja, Ia kemudian menyelesaikan jenjang pendidikan menengahnya di SMA, dan dilanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi di STISIPOL 17 Agustus 1945, dengan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos).

Sebelum menjadi Anggota dan menjabat sebagai Ketua IKS (Institut Kesenian Sulawesi) cabang Makassar, Puang Bunda terlibat dalam berbagai kegiatan berkesenian bersama Petta Nani-Anida2, baik menari maupun melatih pada Sanggar Pakarena yang didirikan oleh Anida di Jl. Sultan Hasanuddin No. 10.A (Rumah Kediaman Anida). Kebersamaan tersebut menjadi jembatan bagi lahirnya karya Tari bunda Munasiah diantaranya: Tari Paggalung ( 1965), Tari Nelayan (1970), Tari Pammuntuli/Padduppa (1974), Tari Kalompoang (1976), Tari Rapang Bulang (1974), Tari Sikru (1976), Tari Toddoppul (1976), Tari So’na /mimpi (1976), Tari laklang Sipue (1979), , Tari Bunga Malena Cikoang (1975), Fragmen Tari Samindara (1975), Tari Pajujung Dapo (1979), Fragmen Tari Lebonna (1982), Tari Bunga Tonjong (1982), Fragmen Tari Bunting Mangkasara (1982), Fragmen Tari Cine I Lau (1982), Tari Patoen/ Patojang 1983).Tari Tempa-tempa (1984), Tari Dende-dende (1985), Fragmen Tari lasinrang (1986).

Bunda Munasiah tidak hanya mencipta Tari dalam bentuk koreografi kelompok, akan tetapi juga menata tari Massal dalam berbagai event diantaranya: Menata Tari Massal pada pembukaan Sepak Bola Yusuf Cup, Menata Tari dan upacara adat pada peresmian Pabrik Semen Tonasa II, III pada masa pemerintahan Gubernur AA. Rivai, Menata Tari pada pembukaan Pekan Olahraga di Makassar (1980), Menata Tari Konfigurasi Parade Senja di Istana Merdeka Jakarta (kegiatan pramuka H. M. Yasin Limpo dengan Sponsor Panglima Kodam Nana Narundana bersam drumband UNHAS pada tahun 1986), Menata Tari pada peresmian Markas Kopasanda Kariango pada masa Yunus Yosfia dan Jenderal M. Yusuf sebagai Menteri Pertahanan RI, Menata Tari dan Upacara Adat pada pengukuhan Kapal Dagang Indonesia untuk Luar Negeri, yakni KM. Gowa pada masa pemerintahan Andi Oddang, Menata Tari dan upacara adat pengukuhan Kapal Perang KRI Hasanuddin oleh Menteri Pertahanan LB. Moerdani pada masa pemerintahan Gubernur Ahmad Amiruddin dan Bupati Gowa dijabat Oleh Kadin Dalle, Menata Tari dan Upacara Adat Penerimaan Pesawat Tempur Rusia Sky Hawk, Menata Tari pada pembukaaan Pergelaran Kesenian Sulawesi Selatan Tenggara pada masa Panglima Kodam Soegiarto (1982), Menata Tari pada pembukaan dan peresmian Taman Miniatur Somba Opu (1985), Menata Tari pada ulang Tahun INCO Soroako-Luwu, Menata Tari pada penerimaan Kapal penumpang pertama untuk KM. Kerinci, Menata Tari pada peresmian Gedung Balai Manunggal yang diresmikan oleh Jenderal. H. Andi Muh. Yusuf.

Kegiatan Mencipta yang dilakukan Bunda Munasiah tidak hanya dalam bentuk gerak akan tetapi juga dalam bentuk karya tulis yang diterbitkan dalam bentuk buku maupun dipublish dalam media cetak diantaranya: Buku Tari Tradisional Sulawesi Selatan (PT. Bhakti Baru,1983), buku Rupama I Samindara (1983 dan edisi kedua 2019),Novel Gilimanuk (1984), Novel Jala Rambang (1985), Bersama Jalaluddin daeng Jaga dan Shahrir Nur menulis buku Permainan anak Tradisional Sulawesi- Selatan, Buku Karawitan Daerah Sulawesi Selatan (Dirjen Dik-Bud 1983), Novel Malania, Menulis naskah teater tutur Meongpalo (Bugis), Menulis naskah teater I Puccango (Mandar), dan menulis Puisi.

Kesibukan mencipta karya tari maupun karya tulis, tidaklah menghalangi bunda Munasiah dalam beraktifitas dibidang organisasi dan bidang kerja lainnya. Aktifitas tersebut justeru bersinergi dengan kegiatan berkesenian yang dilakukan diantaranya: Pengurus IKS yang dibentuk oleh Hj. Andi Siti Nurhani Sapada (1962-1973), Ketua IKS cabang Makassar (1964-1971) yang kemudian melahirkan Konservatori Tari Sulawesi Selatan bersama penggagas dan deklarator lainnya, yakni Hj. Andi Siti Nurhani Sapada, H. Dg. Mangemba, Mattulada dll, yang kemudian menjadi SMKI Somba Opu, kemudian menjadi Ketua Harian IKS Sul-Sel (1971-1973). Menjadi Guru Senam Indah (gymnastik) pada SPGD 1958 masa Nico Liputo, Pengurus Dewan Kesenian Makassar (Sejak tahun 1970 sampai sekarang), Pengurus Badan Koordinasi Kesenian Indonesia (BKKNI), Pendiri Yayasan Pergutuan Pratama Karya (SMP dan SMA) bersama Andi Erna Noor (1982), Pendiri Gabungan Orkes Melayu (GOMAS) bersama Al Hamid AL Watan (1979), Pendiri Lembaga Kesenian (LPK) Sulawesi Barat atas dukungan Andi Maksum Dai, Membentuk Nuansa Band Mamuju Sulawesi Barat, Penyiar Bina Tari di TVRI Ujung Pandang 1977-1985, Penyanyi Band Hawaeni Sing Seng 1958, salah seorang pemeran dalam Film Prajurit Teladan 1957, Film Jangan Renggut Cintaku 1992, Sinetron Annisa 3 episode 1993, Sinetron Penantang Badai 1994, drama OPA karya Rahman Arge dengan Sutradara bersama Udhin Palaguna, Fahmi Syarif, dan Yacob Marala, Drama Daeng Pasau karya Jamaluddin Effendi bersama Udhin Palisuri, Yacob Marala dan Rudy Barshit, drama Laki-Laki karya Rahman Arge bersama Udhin Palisuri, Fahmi Syarif, Yacob Marala, dan Rudy Barshit, film Sunset di Losari 2017), Pengurus Persatuan Wanita Olahraga Sulawesi Selatan (PERWOSI) 1971-1973, Pengurus PS. Swadiri Makassar 1994-1999, Pembina Paguyuban Rumpun Keluarga Rumbia-Jeneponto, Anggota DPRD KMUP selama 2 periode 1987-1992 dan 1992-1997, Anggota DPRD Sulawesi Barat 2004-2009.

Seluruh aktifitas bunda Munasiah berbuah manis dengan memperoleh berbagai penghargaan diantaranya: Penghargaaan Satya Lencana Kota sebagai Pembina Kesenian (1977) dari Walikota HM. Dg. Patompo,Penghargaan sebagai Penulis Naskah Seni Tari Tingkat Nasional (1979), Penghargaan dari Presiden R1 sebagai Maestro Seni Tradisi (2010), Anugerah Payung Indonesia dalam Menari Bersama Maestro pada Festival Payung Indonesia (2017), Penghargaan sebagai Salah satu pengajar dalam “Belajar Bersama Maestro” dari BPNB Sulawesi Selatan (2017), Penghargaan sebagai Tokoh dalam dunia Pendidikan dari Fajar Pendidikan Makassar (2019), Penghargaan sebagai Maestro Tari dan Musik dari Walikota Makassar (2019), Penghargaan sebagai salah seorang nara sumber dalam “Belajar Bersama Maestro” 2021, dan penghargaan sebagai dosen tamu dalam Kuliah Tamu Bersama Maestro di Universitas Tadulako Sulawesi Tengah 2021.

Kini bunda Munasiah memasuki usia 82 tahun, usia yang tidak tergolong muda lagi, akan tetapi semangat berkarya tidak pernah pudar. Bunda Munasiah masih aktif dalam berbagai kegiatan kesenian dan aktifitas sosial lainnya. Bunda memiliki prinsip hidup bahwa selama masih ada nafas, maka berikanlah yang terbaik buat bangsamu, karena dunia seni adalah dunia pengabdian, maka jadikanlah hal tersebut sebagai ladang pahalamu diakhirat kelak.

 

  1. Pada perang Benteng Somba Opu, Cambang Rumbia memenggal kepala dan jantung panglima Belanda dan dipersembahkan kepada kerajaan Gowa. Makamnya terletak di Rumbia.
  2. Anida (Hj. Andi Siti Nurhani Sapada/Puang Hani) merupakan salah seorang Maestro Tari di Sulawesi Selatan, Tokoh pembaharu Tari di Sulawesi Selatan, Tokoh Tari Kreasi Sulawesi Selatan, dan merupakan guru dari Maestro tari Munasiah Dg. Jinne, Maestro. Tari Ida Yusuf Madjid, dan Maestro Tari A. Ummu Tunru.
Aseti Magz Edisi April 22

RAKERDA

DPD Aseti Prov. Banten dalam perjalanannya terus berbenah dan bersinergi dengan pihak-pihak terkait lainnya, hal ini dilakukan untuk menemukan bentuk

Baca »
Aseti Magz Edisi April 22

BISETA

BISETA  ( Bincang Seniman Tari ),  sebuah forum ngobrol santai yang diinisiasi ASETI Yogyakarta bekerjasama dengan Kundha Kabudayan Dinas Kebudayaan

Baca »
No more to show