TOM IBNUR DAN ZAPIN

Menelusuri biografi Tom Ibnur serasa melakukan pembacaan kembali terhadap hidup seorang maestro tari di mana gerak, langkah, gairah, darah-daging dan tulangnya terbentuk oleh zapin.

Pada periode ini Tom Ibnur juga menghadirkan koregrafi zapin dengan bentuk baru dalam penampilan tapi tetap memegang kekuatan akar tradisinya. Dalam hal ini, ia berupaya untuk melakukan peningkatan pada teknik, tema, artistik, koreografi dan penampilan. Karya-karya Tom Ibnur pada periode ini adalah Maulid (1983) dipentaskan di Institut Kesenian jakarta; Cik Awang (1984); dipentaskan dalam gelaran Singapore Arts Festival, Khotbah (1986); dipentaskan di Taman Ismail Marzuki Jakarta; Zapin Dana Bedana (1987) dipentaskan di Taman Ismail Marzuki Jakarta; Zapin, Jepin, Zafin (1987) dipentaskan dalam agenda Asean Festival of Performing Arts di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam; Shor-Shor (1988) dipentaskan di Taman Ismail Marzuki Jakarta dan Pendopo Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta; Gaung (1988) dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta dan Singapore Arts Festival.

Tom Ibnur memandang bahwa periode 1990-2000an adalah masa kebangkitan zapin. Ada perasaan bahwa periode ini ia dapat memberikan dunia baru pada zapin. Periode ini ia makin mengembangkan peneliannta terhadap zapin dan perbendaharaan terhadap tari tersebut ia perluas ke arah timur nusantara, seperti Ambon, Ternate, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sumbawa, Mataram, dan Nagara di Bali. Juga ke bagian tengah dan barat, seperti: Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Jambi, dan Sumatera Selatan. Tom Ibnur juga memperkaya wawasannya terhadap zapin dengan melakukan penelitian ke beberapa tempat di negara tetangga, seperti: Johor Bahru, Ipoh, Melaka, Sarawak, Sabah, di Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura. Tak salah, dari upayanya menghidupkan kembali seni tradisi zapin dan melakukan revitalisasi kemudian hari Tom Ibnur meraih penghargaan Bakti Seumur Hidup dari Universitas Indonesia dan Sangrina Bunda serta penghargaan Presiden Republik Indonesia tahun 2001 sebagai Tokoh Pelestari Seni Budaya dan Tradisi.

Upaya Tom Ibnur memberikan dunia baru terhadap zapin terus ia lakukan. Termasuk dengan melakukan “pemberontakan” terhadap dunia zapin lama dengan menghadirkan beragam koreografi yang tidak hanya sekadar memoles tradisi, melainkan menumbuhkan zapin menjadi sesuatu yang baru. Pada akhirnya zapin tidak hanya hadir dalam dunianya sendiri atau hadir bagi segelintir masyarakat, tapi hadir sebagai bentuk tari baru, dapat dinikmati secara universal.

Periode ini Tom Ibnur juga menggubah beberapa koreografi lamanya ke bentuk baru sesuai dengan tuntutan “dunia baru”. Sehingga pada periode ini hadir beberapa karya tari dengan basis zapin, seperti: Zikhrul Hayah (1991) dalam rangka Penutupan Festival Istiqlal I, di Masjid Istiqlal Jakarta; Di Bawah Kubah Langit (1992) dalam agenda Indonesian Dance Festival I di Gedung Kesenian Jakarta; Solidaritas dan Tragedi Bosnia (1993) di Taman Ismail Marzuki Jakarta, kolaborasi dengan penyair Taufik Ismail—dalam agenda ini Tom Ibnur menghadirkan empat nomer tari (Senandung Kematian, Terkepung di Sarajevo, Salju Berdarah, One Way Ticket Bosnia); Semarak Emas (1995) dalam agenda Pembukaan Festival Istiqlal II, di Masjid Istiqlal Jakarta; Bilal (1995), Festival Istiqlal II, di Gedung Kesenian Jakarta dan Taman Ismail Marzuki Jakarta; Mencari Jalan Kebenaran (1995) dalam acara Penutupan Festival Istiqlal II, di Masjid Istiqlal Jakarta, kolaborasi dengan Trio Bimbo; Jalan Putih (1997) dalm rangka Penutupan MTQ Nasional ke 18, di Jambi, kolaborasi dengan Trio Bimbo; Sikok (1998) dalm rangka Festival Zapin Nusantara, di Johor Bahru Malaysia; Rengas Condong (2000), diciptakan pada tahun 2000, dipentaskan di Festival Kesenian Melayu Se Dunia di Johor Bahru Malaysia, tahun 2001; Zapin Lambung (2001) dipentaskan dalam rangka Festival Kesenian Melayu Se-Dunia di Johor Bahru Malaysia.

Pada periode ini selain berupaua membangkitkan dunia baru untuk zapin, Tom Ibnur pun tergerak untuk menghadirkan Festival Zapin di berbagai daerah dan negara. Ia berlaku sebagai penggerak, konsultan artistik, dan manajerial festival. Adapun beberapa festival tersebut: Festival Zapin Nusantara di Johor Bahru Malaysia tahun 1998, Bintan Zapin Festival di Tanjung Pinang tahun 2000, Festival Kesenian Melayu Se Dunia di Johor Bahru Malaysia tahun 2001, Singapore Zapin Festival tahun 2001, dst. Dalam setiap festival atau gelaran ini, Tom Ibnur berkumpul bersama para ahli, seniman, pemikir, kritikus, pengelola festival, dan pemerhati untuk dapat bersama-sama mendukung keberadaan zapin sebagai khasanah dan kehidupan seni masa depan.

Magnum Opus Tom Ibnur...

Aseti Magz Edisi April 22

RAKERDA

DPD Aseti Prov. Banten dalam perjalanannya terus berbenah dan bersinergi dengan pihak-pihak terkait lainnya, hal ini dilakukan untuk menemukan bentuk

Baca »
Aseti Magz Edisi April 22

BISETA

BISETA  ( Bincang Seniman Tari ),  sebuah forum ngobrol santai yang diinisiasi ASETI Yogyakarta bekerjasama dengan Kundha Kabudayan Dinas Kebudayaan

Baca »
No more to show