Tidak sedikit pula ditemukan karya tari Topeng Betawi yang inovatif dalam penggunaan instrumen pengiringnya dengan tidak hanya menggunakan instrumen musik Topeng Betawi tapi juga dipadukan dengan instrumen musik Gambang Kromong serta instrumen musik Modern seperti Bass, Gitar dan Keyboard seperti Tari Nandak Ganjen, Tari Kembang Botoh, Tari Dulang Penatas dan lainnya.
Para seniman Betawi yang memiliki kreativitas tinggi telah menuangkan ide kreatif inovatifnya sejak era tahun 90-an dan memberikan generasi penerus bangsa karya-karya yang patut diapresiasi dan dilestarikan. Beberapa nama Koreografer tari Betawi ternama diantaranya : Entong Kisam, Atien Kisam, Joko SS, Wiwiek Widyastuti, Abdurrachem, Andi Supardi, Retno Marnilawati, Trimawarsanti dan lainnya.
Beragam kompetensi cipta karya tari Betawi pun dilaksanakan sejak tahun 95-an dan menghasilkan beragam karya tari Betawi dari segala macam rumpun seni tari Betawi. Gedung Kesenian Jakarta, Teater Taman Ismail Marzuki, Salihara dan beberapa nama panggung pertunjukan lainnya menjadi saksi lahirnya era generasi muda yang kreatif, inovatif dan eksploratif menciptakan karya tari baru Betawi.
Wujud pelestarian tari Topeng Betawi sebagai salah satu tradisi yang mengakar di Jakarta saat ini mengalami dinamika pelestarian dan perkembangan. Beberapa diantaranya adalah peran serta pemerintah yang aktif melibatkan pertunjukan seni tradisional Betawi dalam banyak kegiatan baik yang berupa Festival seni tradisi Betawi, penampilan pada acara pemerintahan sampai ke pengadaan kegiatan pelatihan di RPTRA atau Kelurahan di wilayah DKI Jakarta.
Pada tahun 2012, terdapat sebuah kegiatan yang dicanangkan oleh DInas Pendidikan dan Kebudayaan DKI Jakarta dan dipimpin oleh Abdurrachem. Kegiatan tersebut melibatkan seniman-seniman asli Betawi dan menghasilkan sebuah pedoman Standar dan Kompetensi Musik dan Tari Betawi yang digunakan untuk nilai ukur kompetensi akademis peserta didik.
Keberadaan sanggar terdahulu pimpinan seniman Betawi sesepuh seperti Sanggar Ratna Sari, Sanggar Kinang Putra, Sanggar Setia Warga, Sanggar Hidup Bersama dan lainnya juga berperan penting. Sanggar-sanggar tersebut masih menggiati kegiatan pelatihan tari Topeng Betawi dan diurus oleh para generasi penerus darah keturunan asli yang turut andil dalam melestarikan dan mengembangkan warisan titipan nenek moyang.
Pada tanggal 1 Januari 2016, Topeng Betawi secara resmi dinobatkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTBI) bidang seni pertunjukan oleh Kementerian Pendidkan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan tercatat dalam arsip Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya.
Problematika yang muncul saat ini adalah ketika kreativitas generasi muda yang terus berkembang dengan inovasi sedemikian rupa mulai nampak dipermukaan, tak jarang ditemukan minimalnya pengetahuan tentang dasar-dasar seni tradisi yang mengakar. Kepentingan untuk membuat karya seni sesuai kebutuhan pasar serta idealisme untuk mencipta karya seni yang eksploratif terkadang mengikiskan rasa empati terhadap sejarah perjalanan panjang wujud seni tradisi yang membentuk karakter seni itu sendiri.
“Banyak orang yang bikin karya tari pakai ide kontemporer, gerakan-gerakannya dieksplor bebas. Sebetulnya itu bagus dalam artian bentuk inovasi seni tradisi. Namun ketika ditanya… “emang tari Topeng betawi asli yang gemana sih?” “asal muasal gerakan kewer, pakblang, dari mana sih”… rata-rata jawabnya apa?.. pada ga tau, itulah akibat dari belajar tidak pada pakarnya.” : Entong Kisam pada Greget Jantuk (Rae : 2015)
Tingginya sense of creating untuk mengeksplor seni tradisi khususnya tari Topeng Betawi menjadi bentuk-bentuk baru kekinian tidak menutup kemungkinan egoisme individu mengesampingkan pengetahuan tentang bentuk-bentuk dasar tari Topeng Betawi yang sebenarnya.
Peran serta instansi pemerintah, komunitas seni, pendidik seni serta masyarakat khususnya pencipta karya seni sangatlah dibutuhkan. Kesadaran tentang pentingnya mengetahui landasan pijakan gerak tari yang ingin dikembangkan patut ditanamkan. Sebuah karya seni tari kreasi tradisi yang baik adalah yang mampu menampilkan gaya dan karakteristik pencipta tari yang paham betul pijakan dan landasan tradisi yang mengakar sebelum akhirnya mengkolaborasikan ide dan eksplorasi ke dalamnya.
Tradisi tidak akan mati jika terus dikenali pada tiap generasi. Seperti halnya para generasi darah keturunan sesepuh seniman tradisi, setiap insan manusia di berbagai lapisan masyarakat yang menghargai dan melestarikan seni tradisi akan menjadi bagian bersejarah dari perjalanan eksistensi seni tradisi. Saya, kamu, kita dan mereka semua yang terpilih adalah jiwa sanguinis yang lahir di bumi pertiwi dan akan terus melestarikan seni tradisi hingga ke anak cucu dan seterusnya nanti.
Penulis : Christianno Rae
Jakarta, 19 Mei 2021.
Sumber Pustaka
- Rochem, Abd. dkk. 2012. “Standar dan Kompetensi Musik dan Tari Betawi”. Jakarta: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan DKI Jakarta.
- Dinas Kebudayaan Dan Permuseuman Propinsi DKI Jakarta.”Ikhtisar Kesenian Betawi” . 2003.
- Soedarsono. 1976. “Pengantar Pengetahuan Tari”. Yogyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia.
- Saputra, Yahya Andi. 2009. “Profil Seni Budaya Betawi”. Jakarta : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.
- Rae, Christianno. 2012. ”Garsati (Pieter Erberveld dan Kampung Pecah Kulit : Koreografi Inovatif”. FBS – UNJ
- Rae, Christianno. 2015 ”Greget Jantuk : Konstruksi Karya Tari dari Perspektif Alma M.Hawkins”. UNJ – Jakarta.
Sumber Internet
- http://encyclopedia.jakarta-tourism.go.id/
- https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/
- https://jakarta.go.id/artikel/konten/122/tari-topeng-betawi
Narasumber :
- Kartini Kisam
- Sukirman “Entong Kisam”
- M. Supriatin “Atien Kisam”